Gadis Rubah Api



<Epilogue I>

[Berdirinya Kerajaan Arcania]


1.      Awal dari Segalanya

Dahulunya, dunia ini ditutupi dengan kegelapan. Kegelapan abadi yang muncul dari hati para makhluk-makhluk negeri Arcana. Mereka semua terobsesi dengan peperangan, perebutan wilayah, dan tahta. Mereka semua dibutakan dengan satu tujuan, yaitu membangkitkan kembali seorang Penyihir Hitam.
Peperangan besar pecah, antar bangsa drakula melawan bangsa srigala. Mereka berperang bukan karena mereka menginginkan kebangkitan dari Penyihir Hitam itu, namun mereka melakukannya demi mendapatkan sebuah domisili kekuasaan yang solid. Inilah kisah pertumpahan darah negeri Arcana, yang terjadi tahun 883 XC – 215 X.

Ailvar, 22 April 478 X, ....


Inilah sebuah kisah yang terjadi 400 tahun yang lalu, sebelum kemunculan Niken, sang rubah putih itu. Di masa ini akan dibuka sebuah lembaran mengenai kisah seorang gadis rubah yang berjuang bersama teman-temannya, dan sebagai pendiri dari kerajaan rubah putih (Arcania).
Kisah ini akan menceritakan mengenai seekor rubah yang terkutuk. Kutukan seseorang penyihir hitam yang mengutuk jabang bayi yang dikandung oleh siluman rubah Ana akan membawa malapetaka yang begitu besar buat negeri Arcana. Meskipun begitu, orang itu masih memberikan sebuah harapan kepada Ana, kalau suatu saat nanti bayinya yang bakal membawa perubahan, kedamaian, dan kesejahteraan bangsanya.
Beberapa bulan kemudian, Ana melahirkan seekor bayi rubah cantik. Dia begitu menawan, sehingga tidak ada yang bisa berpaling dari keelokan wajah imutnya. Dan Ana pun memutuskan untuk memberikan ia nama: Astrid, (maksudnya: Ana tears).
Kelahiran Astrid sungguh tidak diinginkan oleh coloni rubah putih. Mereka berusaha menculik, membunuhnya. Namun tiada satupun yang berhasil, karena Ana selalu menjaganya. Sehingga tidak ada benda sekecil apapun yang terlewat dari pengawasannya.

Cilicia, 12 Mei 484 X, ....

Dalam enam tahun ini, serangan bangsa srigala sudah semakin menjadi-jadi. Kabarnya, mereka sudah siap untuk merebut Ailvar, ibukota kerajaan drakula Verus. Bangsa drakula dengan bangsa srigala memang sering terjadi perselisihan, peperangan, pertumpahan darah. Mereka saling berperang demi mendapatkan domisili kekuasaan, dan juga memperluas wilayah kekuasaan mereka.
Sementara itu, di Xaravark, ibukota coloni rubah sedang terjadi perdebatan antara suami-istri. Ranfotd dan Ana. Mereka berdua mendiskusikan soal Astrid, puteri mereka.
“Ana apa kau tahu kalau keputusanmu untuk melindungi dan merawat Astrid telah mengundang kemarahan Dewa Azragheel dan Dewa Axilios yang agung? Disisi lain, bangsa drakula Verus akan menganggap kita sebagai penghianat apabila kau masih tetap ngotot untuk merawat puteri terkutuk kita, Astrid itu!” ucap kepala suku, Ranfotd yang nggak bosan-bosannya untuk menasehati Ana, supaya membuang maupun membunuh Astrid.
Dengan nada garang, Ana menjawab. “Tidak, suamiku! Aku tidak akan pernah membuang maupun membunuh anak kesayangan kita. Apa kau tahu, suamiku. Bahkan kalau saja bangsa drakula, bangsa srigala, maupun bangsa iblis datang kemari untuk mencoba membunuhku atas keputusanku ini, maka aku tidak akan takut maupun gentar untuk melawan mereka semua..!” Ranfotd hanya bisa geleng-geleng mendengar bentakan dari Ana tadi. Dia tahu kalau dia takkan pernah menang melawan Ana kalau mereka sampai bertarung. Oleh karena itu, dia hanya membalikkan badan dan langsung cabut dari kamar Ana. “Kau telah membuat kesalahan fatal, Ana! Keputusanmu ini telah mengancam kelangsungan bangsa kita. Aku harap kalau kau segera pergi dari sini dan biarkan bangsa kita yang cuman bangsa kecil ini dibantai oleh kaum drakula Verus!” mendengar suaminya mengatakan hal itu, Ana langsung berlinang air mata, dan tanpa ia sadari diapun segera melangkah ke Ranfotd dan memeluknya. “Maafkan aku, suamiku! Aku tak mau kalau kau mengatakan hal itu didepan aku lagi. Aku mengerti apa yang kau rasakan mengenai puteri kita. Aku begitu tahu akan penderitaan yang dialami puteri kita yang setiap hari selalu dibenci, dijauhi, dan dibully oleh bangsa kita sendiri. Namun.. Ranfotd, bukankah ia adalah puteri kesayangan kita? Bukankah ia merupakan kebanggaan kita berdua? Mana mungkin ada seorang orangtua yang tega melihat anak mereka dibunuh, dibenci, maupun diculik oleh bangsanya sendiri..!”
Mendengar ucapan Ana tadi, membuat hati Ranfotd tergugah. Diapun akhirnya menyadari kalau kelahiran Astrid bukan merupakan malapetaka, tetapi malah sebuah anugerah yang teramat indah yang patut ia disyukuri. “Kau benar, Ana! Astrid itu adalah puteriku. Ayah macam apa aku ini, teganya diriku menganggap puteriku sendiri sebagai bencana? Ayah macam apa diriku ini yang membenci puterinya sendiri? Ana, aku.. aku minta maaf padamu karena ulahku semua jadi seperti ini!” Ana tersenyum bahagia melihat suaminya telah sadar dengan apa yang telah ia lakukan pada puterinya sendiri. Mereka berduapun memanggil Astrid yang ternyata sudah menguping pembicaraan mereka berdua. “Astrid...?” keduanya benar-benar terkejut. Astrid langsung berlari dan berpelukan dengan kedua orangtuanya. “Mama... Papa, Astrid.... Astrid benar-benar menyayangi kalian berdua. Astrid tidak ingin apapun terjadi kepada kalian berdua. Suatu saat nanti, Astrid bakal melindungi kalian berdua. Astrid janji...!”
Mulai hari itu, Ana dan Ranfotd melatih Astrid untuk menggunakan teknik sihir dan ajian. Diantara ajian yang diajarkan kedua orangtuanya, Astrid tertarik kepada tiga ajian. Yaitu: Ajian Ramuraga, Ajian Ilusi, dan juga Ajian Raungan Rubah Api. Ketiga ajian ini merupakan salah satu dari ajian tingkat tinggi yang seninya sudah hilang selama beratus-ratus tahun. Karena Astrid tertarik dengan ketiga ajian tadi, akhirnya Ranfotd dan Ana bersedia untuk mengajarkan ketiga jurus tadi padanya.
Enam bulan berlalu, dan hingga saat itu yang bisa Astrid pelajari hanyalah Ajian Raungan Rubah Api, yang merupakan identitas bangsa rubah saja yang berhasil ia kuasai, sementara Ajian Ramuraga dan Ajian Ilusi masih belum ia kuasai dengan benar.
“Susahnya mempelajari kedua ajian ini? Ajian Ramuraga, sebuah mantera yang sangat kuat yang menjadi seni yang hilang dan merupakan salah satu identitas bangsa siluman. Setahuku, hanya bangsa manusia saja yang tidak bisa menggunakan ajian ini. Mantera ini digunakan oleh bangsa siluman untuk merasuk kedalam raga manusia. Boleh juga kalau aku coba mantera ini. Ajian Ilusi, sebuah mantera untuk menciptakan sebuah ilusi, baik dari alam sadar maupun alam bawah sadar penggunanya. Mantera ilusi yang diajarkan oleh papa merupakan salah satu mantra ilusi tersulit yang pernah aku ketahui!”
Malam harinya, terdengar sebuah ledakan dari arah Xaravark. Astrid yang masih berada dihutan itupun segera kembali menuju Xaravark. Ketika ia sampai diperbatasan Xaravark, dia mendengar suara jeritan meminta tolong.
“T-tolongggg.... tolonggg...!!”
“Tch. Suara apa itu? Sebenarnya apa yang sudah terjadi di desa. Mengapa banyak suara ledakan dan suara jeritan meminta tolong? Apakah desa Xaravark diserang oleh pasukan bangsa srigala atau bangsa drakula? Sial! Aku harus segera kesana dan mencari keberadaan mama dan papa..!”
Benar, enam bulan kemudian, tepatnya malam ini bangsa drakula Verus menyerang coloni rubah di Xaravark. Pasukan drakula terdiri dari seribu pasukan, yang dipimpin langsung oleh raja Tristan, raja drakula Verus. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk mencari keberadaan Astrid, si rubah api tersebut.
“Kau hendak menghianati kami, Ranfotd? Kau berniat untuk menggunakan sebuah peluang dengan gadis rubah api itu untuk memberontak ke kerajaan drakula Verus? Kau benar-benar bodoh, karena kau sudah berniat untuk memberontak kepada penguasamu disini..!” kata raja drakula, Tristan.
Sambil tersenyum, Ranfotd menjawab. “Heh, memberontak? Kau percaya akan hal itu, Tristan! Sedari dulu kami semua begitu membenci gadis terkutuk itu, walaupun dia adalah puteriku sendiri. Bahkan kami semua sempat berencana menculik dan membunuhnya. Namun setelah kami melihat Ana yang begitu menyayangi Astrid, hati kami semua menjadi luluh karenanya. Sehingga kami tidak akan pernah mengatakan maupun menghianati bangsa kami sendiri. Aku akan tetap menolak untuk menyerahkan Astrid padamu, Tristan!” raut muka raja Tristan sedikit cemberut waktu itu, “Apa katamu barusan, Ranfotd?” Ranfotd sudah berdiri dan siap untuk melawan raja Tristan. “Meskipun kami semua hidup dibawah kepemerintahanmu, Tristan. Namun kau takkan pernah bisa merebut apa yang namanya... perasaan. Lihatlah, Tristan! Aku pastikan kalau suatu hari nanti, Astrid akan membalas dendam kepadamu. Dia bakal menghabisi seluruh bangsamu sebagai pembalasan atas kematian kami beserta bangsanya. He..he..!” raja Tristan begitu marah mendengar ucapan Ranfotd tadi, dan diapun menantang Ranfotd untuk bertarung. Hidup atau mati.
“Raungan Rubah...!”
“Ajian Sayap Geni...!”
Bleeegaaarrrrr............!!!
Ketika raja Tristan belum siap benar, tiba-tiba Ranfotd muncul dari belakangnya dan mengeluarkan mantra sakti.
“Ajian Bayangan Rubah...!”
Bleeegggaaarrrr...............!!!
Dengan serangan itu, raja Tristan sempat terpental jauh. Namun ini barulah awal. Awal dari pertarungan hebat antara Ranfotd dengan raja Tristan. Sementara mereka lagi bertarung, disisi lain, pasukan drakula Verus sudah berhasil menghabisi seluruh penduduk coloni rubah lainnya. Hanya tersisa Ranfotd, Ana, dan juga Astrid. “Heh, mudah sekali mereka dikalahkan. Kekuatan mereka tidak seperti yang dikatakan oleh raja sendiri? Untuk apa yang mulia sampai menyuruh seluruh pasukannya untuk membumi-hanguskan coloni kecil ini!” salah satu pasukan yang lain datang memberitahu, “Kata yang mulia, selain kita kesini untuk menghancurkan coloni ini, kita diperintahkan untuk mencari dan menangkap gadis rubah api itu! Katanya, gadis itu bisa mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa, sampai-sampai yang mulia begitu terobsesi padanya.”
Balik lagi dimana Astrid sekarang ini. Sesampainya ia dipintu masuk coloni rubah, dia mendapati sesosok siluman rubah sedang tergeletak, sekarat. Dengan hati nuraninya, iapun segera bergegas untuk menolong siluman rubah itu. “Sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa banyak siluman rubah yang tergeletak, mati disekitar sini? Mama... Papa...” tak lama kemudian, siluman rubah itupun sadar kembali. Bukannya berterima kasih, malah ia membentak-bentak ketakutan. Dia dengan sadar menunjuk-nunjuk Astrid dengan rasa takut dan marah. Diapun selalu menyebut-nyebut Astrid sebagai rubah pembawa sial. “Minggir kau.. minggir, rubah pembawa sial..!!” Astrid yang tak tahu apapun mengenai jati dirinya hanya terlihat kebingungan. “Apa? Aku.. rubah pembawa sial!?” ketakutan sesosok siluman rubah itu akhirnya sampai puncaknya, iapun segera berubah menjadi seekor rubah dan kemudian iapun menggigit dan mencakar-cakar tubuh Astrid. “Mati kau...!! Mati kau, rubah api!” tiba-tiba secara tidak sadar, aura api keluar dari tubuh Astrid. Aura tersebut langsung menyerang siluman rubah yang menyerangnya tadi. Dan ketika Astrid membuka matanya, ia mendapati kalau siluman rubah tadi sudah mati. Tubuhnya hangus, hampir menjadi arang. “Ha? Apa yang terjadi padanya..?! Apakah aku yang sudah membunuhnya tadi..!?” aura api dari tubuh Astrid kembali muncul, ditambah mata Astrid menunjukkan mata yang begitu menyeramkan, “Tidak bisa dimaafkan. Ini tidak bisa dimaafkan! Aku akan menghabisi siapapun yang telah melukai dan membunuh coloniku, dan juga menghancurkan bangsaku!”
Dalam keadaan begitu, Ana langsung menghampiri Astrid. Dia menyuruhnya untuk segera ikut bersamanya untuk pergi meninggalkan Xaravark. Namun Astrid menolak. “Astrid, ayo kita segera meninggalkan Xaravark sekarang juga!” Karena ia ingin membalas semua perbuatan yang telah dilakukan oleh drakula Verus. Mulai hari itu, Ana pun menyadari kalau didalam hati Astrid ada sebuah kegelapan. “Tidak, Ma! Aku tidak akan meninggalkan bangsaku yang dibantai oleh bangsa drakula Verus itu. Aku akan lenyapkan siapapun yang berani mengusik kedamaian yang ada di coloni kecil kita.” Untuk mencegah terjadi apa-apa dengan puterinya, Ana langsung membuat Astrid pingsan dengan mantra penidur.
“Maafkan ibu, nak! Ibu terpaksa menggunakan mantra penidur ini supaya kegelapan yang ada dihati Astrid, yaitu kebencian dan dendam tidak mengambil alih dirimu. Aku harus segera membawanya keluar dari sini dan membiarkannya dibimbing oleh seorang penyihir hitam, dan juga masa depannya!” batin Ana.
“Sekarang sudah waktunya bagiku untuk memanggil orang itu. Astrid, maafkan ibu, nak! Ibu tidak bisa lagi menjagamu, melindungimu dari segala badai kehidupan setelah ini. Namun ibu yakin kalau kau pasti bisa melampaui badai itu bersama teman-temanmu nantinya...!” lanjut Ana. “Ranfotd, kita berdua akan bertarung bersama demi melindungi puteri kita, dan juga coloni kecil kita!”
Ana menyembunyikan Astrid di dalam sebuah rumah tua. Setelah memastikan kalau Astrid aman-aman saja disana, iapun segera menyusul Ranfotd yang sedang bertarung dengan raja Tristan. Dalam perjalanan, Ana dihadang ratusan pasukan drakula. Namun tiada satupun drakula itu yang berhasil menangkap Ana. “Tristan, apa kau pikir kalau aku akan bisa kau bunuh dengan pasukan drakula ini, he? Ajian raungan rubah putih..!”
Balik lagi kemana Ranfotd lagi bertarung sengit melawan raja Tristan. Hingga saat ini, kekuatan keduanya masih terlihat seimbang. “Lumayan juga kekuatanmu, Ranfotd. Tidak hayal lagi kalau ayahku, raja Rudi Kawilarang memilihmu sebagai pengawal pribadinya dulu. Namun sungguh disayangkan... aku harus membunuh pengawal pribadinya ayahku!” dengan muka tersenyum, Ranfotd menjawab. “Hehe.. sepertinya kau salah paham padaku, Tristan. Aku melindungi raja Rudi dulu karena aku menginginkan sebuah informasi penting mengenai bangsa drakula. Kau telah menghancurkan coloni kecilku ini hanya karena Astrid, bukan? Namun sungguh disayangkan, Tristan. Aku akan mengatakan hal ini sekali lagi. Aku takkan pernah menyerahkan puteriku padamu..!!”
Pertarungan mereka dimulai lagi. Sekarang, kedua belah pihak bertarung dengan serius. Ranfotd berubah menjadi seekor rubah raksasa, dan Tristan pun juga berubah menjadi kekelawar raksasa. Aura pertarungan mereka bisa dirasakan dari seluruh penjuru Xaravark.
“Raungan rubah...!!”
“Ajian Sayap Drakula Merah..!!”
Bleggggarrrrrrrrrrrrrr.............!!!!!
Sementara mereka masih bertarung, bahaya sedang mendekat dari arah hutan Aska. Segerombolan siluman srigala sudah bersiap untuk menyerang Xaravark. Tujuan mereka tidak lain adalah untuk merebut Astrid sekaligus membalas dendam atas kekalahan mereka di Submar, kerajaan bangsa srigala yang lama.
“Hehehe....!” siluman srigala sedang asyik memata-matai pertarungan mereka.
Disisi lain, Ana yang sekarang ini sedang melakukan sebuah upacara di altar Zumma guna memanggil si penyihir hitam legendaris itu, merasakan firasat buruk yang bakal terjadi di Xaravark. Oleh karena itu, setelah selesai upacara itu, dengan menumbalkan separoh nyawanya untuk memanggil penyihir hitam itu, dia putuskan untuk segera menemui suaminya. “Dengan begini, akhirnya aku bisa menyelesaikan upacara ini. Maafkan mama, puteriku. Kelihatannya hanya inilah yang terakhir yang bisa mama berikan untuk menyelamatkan nyawamu. Dengan bantuan dari penyihir hitam itu, pastinya aku akan bisa menyelamatkan bangsa dan coloni kecilku ini. Setidaknya... hanya Astrid yang akan selamat!”
Tepat tengah malam, Ana akhirnya sampai ditempat raja Tristan dan Ranfotd yang sedang bertarung. Ranfotd yang melihat kondisi Ana yang terlihat lemas dan lemah itu heran. “Ana, apa yang sudah kau lakukan? Mengapa dirimu terlihat begitu lemas dan lemah seperti ini? Jawab..!” dengan menahan detak jantungnya yang berdebar kencang, dan kesadarannya sudah mulai hilang itu, Ana menjawab. “Maaf, sayang! Aku.. aku telah.. telah melakukan upacara Xaradas guna memanggil penyihir hitam itu untuk datang, dengan mempertaruhkan separoh nyawaku!” saking terkejutnya, Ranfotd yang tak menduga kalau Ana akan melakukan hal sejauh itu, hanya bisa menangis, “Apa, istriku? Kau mengorbankan separoh nyawamu hanya untuk menjaga puteri kita dengan memanggil penyihir hitam itu?!” dada Ana mulai sesak, dia yakin kalau hidupnya sudah tak lama lagi. “Iya. Ini semua demi puteri kita. Suamiku, ini.. ini akan menjadi pertarunganku yang terakhir. Aku harap kalau kau nanti mau menjaga puteri kita, jangan biarkan siapapun untuk mengambil puteri kita!” mendengar ucapan Ana tadi, Ranfotd bersimbah dengan air mata. Dia menangis, “Tidak, istriku! Jikalau kau mati, maka aku akan merasa bersalah pada puteri kita nantinya. Jikalau kau menganggap kalau ini adalah pertarunganmu yang terakhir, maka sebaiknya kita anggap kalau pertarungan ini adalah pertarungan kita yang terakhir..!”
“Wah.. wah, romantisnya kalian! Aku benar-benar salut kepada kalian berdua. Aku akui kalau cinta kalian adalah cinta sejati yang takkan pernah lekang oleh waktu. Jadi itulah alasannya mengapa kau menolakku dulu, Ana? Kau lebih memilih Ranfotd ketimbang aku? Bodoh sekali kamu..!” ucap raja Tristan mengejek Ana.
“Dengar Tristan! Aku memilih Ranfotd karena aku begitu mencintainya. Memang sih, kalau aku sedikit merasa menyesal telah menolak keinginan ayahmu, Rudi Kawilarang untuk menikah denganmu. Namun aku sama sekali tidak menyesal memilih Ranfotd sebagai suamiku. Karena ia mempunyai sesuatu yang tidak kau miliki, yaitu: perasaan, dan cinta kasih!” jawab Ana dengan suara lantang.
Asal kalian tahu, kalau dulunya Ana merupakan sesosok siluman rubah yang menjadi rebutan dari empat bangsa besar; bangsa drakula Verus, bangsa srigala Azxu, bangsa iblis Tartaro, dan bangsa manusia Terrania. Begitu mempesonanya Ana sampai-sampai dia diangkat oleh Overlord Merrark sebagai puteri angkatnya. Dan Dewi Shela memberinya julukan sebagai Dewi Peri Cahaya.
“Okelah, kalau begitu. Mari kita lanjutkan pertarungan ini, Ranfotd, Ana! Kita lihat siapa diantara kita yang bakal menjadi pemenang.”
“Majulah, Tristan..!”
Pertarungan mereka berlanjut. Sementara itu, dirumah tua, Astrid akhirnya tersadar. Dia mendapati kalau ibunya sudah tidak ada disana. Oleh karena itu, diapun segera keluar guna menyusul kemana ibunya saat ini. Dia khawatir pada apa yang bakal menimpa kedua orangtuanya. Dengan menggunakan penciumannya yang tajam, ia menggunakannya untuk mencari jejak ibunya. “Mama, tenanglah..! Astrid akan menolongmu.. Astrid akan menolong orangtua Astrid!”
Kembali ke pertarungan mereka bertiga. Keduanya tumbang. Mereka berdua tidak berdaya melawan raja Tristan. Sehingga keduanya sekarat. “Hahaha.....!!” tawa raja Tristan lantang.
“Hahahaha....!!” tawa raja Tristan.
“Tidak bisa d-dipercaya! Bagaimana dia bisa memiliki kekuatan sebesar ini?! Padahal setahuku, saat diriku masih menjadi pengawal pribadi raja Rudi Kawilarang, tiada sesosok drakula pun yang mempunyai kekuatan sebesar ini? Apakah ini berkat lacrima yang ada dipunggungnya? Sial...!!” batin Ranfotd sambil gigit jari.
“S-suamiku. Aku sudah tidak kuat lagi..!” ucap Ana pelan.
“Ana, bertahanlah! Kita belum kalah, kita masih bisa untuk menang! Kita pasti akan bertarung sampai tubuh kita hancur. Itu semua demi melindungi puteri kesayangan kita, Astrid. Jadi ayo bangun, dan lawan ia sekali lagi..!” kata Ranfotd memberikan semangat lagi ke Ana.
“Benar, suamiku! Kita bertarung seperti ini demi melindungi puteri kita. Jadi kita tidak boleh menyerah sampai kita berdua yakin kalau puteri kita itu selamat.” jawab Ana yang terlihat sudah kuat berdiri untuk bertarung sekali lagi.
Mereka berdua itupun langsung berubah menjadi seekor rubah putih raksasa. Keduanya bersatu demi melindungi puteri mereka, sekaligus untuk mengalahkan raja Tristan.
“Grrrgh... Hweow... Hweow..!!” mereka berdua mengaung.
“Wah, ini bagus sekali! Rupanya kalian berdua ingin melawanku dengan kekuatan penuh kalian ternyata. Baiklah, aku akan sanggupi tantangan kalian berdua. Aku juga akan keluarkan kekuatan terhebatku!” ucap raja Tristan sambil tersenyum.
Pertarungan mereka berlanjut. Mereka bertiga bertarung dengan menggunakan kekuatan terhebat mereka. Salah sedikit, bisa-bisa nyawa mereka melayang. Dengan kekuatan dari Ana juga Ranfotd, mereka berdua akhirnya berhasil menghancurkan lacrima yang ada dipunggung raja Tristan, sehingga raja Tristan terpental jauh karena kekuatannya telah hilang lebih dari separohnya. “Hweow.. Hweow... Tristan, tinggalkanlah koloni rubah ini sekarang juga, atau kau akan kami bunuh!” ucap Ana yang masih memberikannya kesempatan untuk hidup. “Tristan, kami berdua tidak berniat untuk membunuhmu, karena aku punya hutang nyawa kepada ayahandamu. Oleh karena itu, aku akan membiarkanmu untuk hidup!” sambung Ranfotd.
Sambil sedikit tertawa, raja Tristan berkata. “Hehe.. sepertinya aku adalah satu-satunya orang yang dikasihani disini? Tapi sudahlah, kelihatannya aku memang tidak bisa menang untuk melawan kalian berdua. Baiklah, aku akan meninggalkan desa ini!”
Disemak-semak, sudah mengintai sesosok siluman srigala. Namun bukan siluman srigala sembarangan. Dia adalah Diego, pangeran dari bangsa srigala Azxu. Dia sudah mematai-matai pertarungan mereka sejak tadi, bersama ayahnya, raja Erwolf. Mereka datang untuk mendapatkan Astrid, sekaligus menghancurkan desa Xaravark dan membunuh raja Tristan. “Hmph. Hebat juga mereka, bisa mengalahkan raja Tristan itu. Aku tak menduga kalau semangat mereka guna melindungi puteri mereka membuat mereka jadi sekuat itu. Aku sempat takut melihatnya!” kata pangeran Diego. Tiba-tiba dari arah kegelapan malam, muncullah sesosok siluman srigala. “Kau takut, pangeran? Apakah kau takut dengan kekuatan mereka yang cuman segitu?” sambil berkeringat dingin, pangeran Diego menjawab. “T-tidak, ayahanda! A-aku cuman terkesan melihat semangat mereka tadi yang begitu kuat untuk melindungi puterinya!”


dengan nada garang, raja Erwolf berkata, “Mereka bertiga tidak ada apa-apanya dibanding kita. Itu semua berkat guru mahasakti yang dengan setia mengajarkan ilmunya pada kita. Dengan kekuatan itulah, kita akan menghabisi ketiganya sekaligus!”
Tak lama setelah itu, akhirnya Astrid pun tiba ditempat kedua orangtuanya. Ketika ia sampai disana, bangsa srigala Azxu menjalankan rencana mereka. Mereka menyerang kedua orangtua Astrid dengan ajian Jarum Gigi Srigala. Ajian itu langsung tepat mengenai jantung keduanya, sehingga seketika itu pula, mereka tumbang.
“K-kalian..?!” ujar kedua orangtua Astrid sambil menoleh.
“Tidak perlu terkejut begitu, Ranfotd, Ana! Sedari tadi aku dan ayahku juga semua pasukan srigala sudah mengawasi pertarungan kalian melawan raja Tristan. Oleh karena itulah, kami menunggu saat yang tepat untuk menghabisi kalian, beserta raja Tristan itu!” kata pangeran Diego.
“Kalian berdua akan membuat kami kesusahan untuk membunuh raja Tristan dan menangkap rubah api itu. Oleh karena itu, kami tidak punya pilihan lain selain menghabisi kalian berdua juga. Habisnya sih, kalian tidak mau menghabisi raja Tristan, malah kalian membiarkannya begitu saja!” sambung raja Erwolf licik.
“Bajingan kau, Erwolf, Diego..! Aku tak menyangka kalian tidak punya malu untuk menyerang kami secara diam-diam?” ucap Ranfotd sekarat.
“Ingatlah, kalian! Suatu saat puteriku pastinya bakal membalas dendam kepada kalian. Aku pastikan kalau kalian akan menderita disaat ia membalaskan dendam kami!” sahut Ana sekarat.
“A-Astrid. Balaskan dendam kami...!!!” teriak Ranfotd dan Ana kencang.
“Tristan, jagalah puteri kami setelah kami tiada nantinya!” permintaan terakhir kedua orangtua Astrid, yang disampaikan lewat telapati.
Astrid yang mendengar suara jeritan kedua orangtuanya tadi, membuat amarahnya tidak bisa terbendung lagi. Sambil bersimbah dengan air mata. “Mama.. Papa, maafkan Astrid! Karena Astrid tidak bisa melindungi kalian berdua. Padahal kalian berdua sudah berkali-kali menyelamatkan Astrid yang merupakan rubah api. Rubah pembawa sial! Aku akan membalaskan dendam kamu, Mama.. Papa. Astrid janji!”
Balik lagi, dimana raja Tristan dan pangeran Diego juga raja Erwolf berada. Melihat kalau raja Erwolf dan pangeran Diego menghabisi nyawa Ranfotd dan juga Ana, membuat hati raja Tristan dipenuhi dengan amarah. “Diego, Erwolf! Apa tujuan kalian sebenarnya. Mengapa kalian ikut campur urusan bangsa drakula dengan coloni rubah, he?! Mengapa kalian habisi Ana juga Ranfotd saat kami berdua selesai bertarung? Jawab..!!” yang muncul dari mulut Diego hanya senyuman dan sepatah dua patah kata. “Kami? Kami berdua hanya ingin membantumu, Tristan! Kami berduga tak tega melihat raja drakula sehebat dirimu bisa kalah bertarung melawan Ranfotd dan Ana. Kami tak tega kalau dirimu bakal dipermalukan oleh bangsa-bangsa yang lain karena dirimu kalah dan gagal menghancurkan coloni kecil ini.” Sambil menengok ke kanan dan ke kiri, raja Erwolf pun beranjak meninggalkan pangeran Diego. “Dimana.. dimana kau, rubah api?! Aku datang kemari untuk mendapatkanmu..!” batin raja Erwolf sembari memunculkan muka begitu menyeramkan. “Diego, aku serahkan kau untuk menghabisi raja Tristan. Aku akan mencari ‘dia’ disekitar sini..!” pangeran Diego hanya mangguk-mangguk, “Baik, ayahanda..!”
Raja Tristan geram mendengar ledekan dari pangeran Diego. Diapun beralih menyerang pangeran Diego dengan membabi buta, namun usahanya tidak berhasil karena kekuatan pangeran Diego jauh lebih kuat dibanding raja Tristan. Hanya dengan menggunakan satu tangan, diapun sudah berhasil menangkis semua serangan dari raja Tristan.
“Sial! Dia sudah begitu kuat ketimbang disaat aku melawannya tiga tahun yang lalu. Kiranya dia sudah memiliki seorang guru yang teramat sakti, sehingga ia bisa menangkis semua serangan-serangan terkuatku tadi.” batin raja Tristan gigit jari menyaksikan kekuatan pangeran Diego yang sudah semakin kuat.
“Gimana dengan kekuatanku saat ini, Tristan? Kau tercengang, kan? Melihat diriku jauh lebih kuat dibanding saat kau memporak-porandakan kerajaan kami di Submar. Ayolah, Tristan. Apakah hanya sampai disini kekuatanmu itu? Tunjukkan kekuatanmu yang paling hebat untuk melawanku!” ujar pangeran Diego yang semakin memanas-manasi pikiran raja Tristan.
Dari belakang raja Tristan, dia mendapati seluruh pasukan srigala mengepungnya, dan membawa mayat-mayat pasukan drakula bersamanya untuk melemahkan mental raja Tristan.
“Lihatlah, Tristan! Semua pasukanmu sudah berhasil kami habisi. Sekarang yang tersisa hanyalah dirimu seorang. Pilihlah, Tristan. Apa kau ingin mati sekarang ini? Atau kau memilih menjadi tawanan kami yang pada akhirnya kau akan mati juga. Hahaha....!!!”
“Hmph. Sepertinya kau telah mendapatkan sesosok guru yang teramat sakit, sehingga kau dan ayahmu berani menginjakkan kaki di Xaravark, wilayah kekuasaan bangsa drakula Verus ini. Pastinya kau masih memiliki kekuatan yang lebih besar dari ini, kan? Ayo tunjukkan padaku..!” tantang raja Tristan. Diapun langsung berubah menjadi sesosok kekelawar raksasa, sementara pangeran Diego pun juga berubah menjadi sesosok srigala hitam raksasa. Dan pertarunganpun dimulai.
“Ajian Cakar Drakula..!”
“Ajian Cakar Srigala..!”
Zzaatt.. Blegaarrr..............!!!
Pertarungan semakin memanas. Tiada satupun yang tumbang. Mereka bertarung dengan segenap kekuatan mereka. Sementara itu, Astrid masih terus berlari dan berlari untuk segera sampai ditempat kedua orangtuanya saat ini. Namun ditengah perjalanan, dia dihadang oleh puluhan pasukan srigala. “Hei, rubah kecil. Mau apa kau kemari, he? Ini bukanlah tempat untuk bermain. Kau tahu?!” dengan muka murung, dan dingin Astrid berkata. “Menyingkirlah..!  Aku tidak ingin menghabisi nyawa kalian. Aku tidak ingin melihat ada lagi yang mati!” mereka tidak menggapai yang dikatakan Astrid. Mereka semua buru-buru menyerang Astrid dengan membabi buta. “Kau pikir kalau kau bisa membunuh kami, maksudmu? Hmph. Omong kosong!” dengan membuka mata, Astrid langsung menyerang dan menghabisi nyawa mereka tanpa ampun dengan ajian Cakar Rubah Api. “Mati kalian..! Ajian Cakar Rubah Api..!!”
Crott... Crott..!
Dengan sekejap, Astrid berhasil menghabisi nyawa mereka semua tanpa sisa. “Mati.. Mati..!!” seru Astrid. Tubuh Astrid sudah dipenuhi oleh darah para siluman srigala yang ia bunuh. Matanya berubah menjadi merah. Diapun segera melanjutkan perjalanannya untuk menuju kemana arah jeritan kedua orangtuanya tadi.
Tak perlu lama sampai ia tiba ditempat kedua orangtuanya. Betapa terkejutnya ia melihat kedua orangtuanya mati didepan matanya. Astrid yang menyaksikan kematian kedua orangtuanya, merasa dendam. “Mama... Papa..!!” jerit Astrid yang melihat kedua orangtuanya telah tiada. Tiba-tiba dari tubuh Astrid keluarlah sebuah aura putih yang besar. Dalam sekejap aura putih itu lenyap dan kemudian keluarlah aura merah hitam pekat.
Bleeeggggggggggaaaaaarrrrrrrr......!!!!!
Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang amat dahsyat dari tempat Astrid sekarang ini. Ledakan itu begitu keras sampai-sampai membuat raja Tristan dan pangeran Diego yang sedang bertarung disisi lain hutan gemetaran hebat. “Suara ledakan apa itu? Mengapa tiba-tiba ada suara ledakan..? Apa raja Tristan telah mengirimkan bala bantuannya? Tidak, kurasa bukan begitu. Suara ledakan itu membawa begitu banyak kesan horror. Apakah itu dari rubah api?” batin pangeran Diego gemetaran. “Jangan-jangan, dia itu... Astrid, si rubah api itu sudah mengetahui kalau kedua orangtuanya telah tiada. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Pastinya sekarang ini dia lagi mengamuk!” batin raja Tristan yang juga ketakutan.
Balik lagi ditempat Astrid sekarang ini. Aura merah kehitaman yang begitu pekat dari tubuh Astrid itu berubah menjadi api berwarna putih. Api itu langsung membakar apapun yang ada didekatnya, bahkan tanahpun terbakar hangus karenanya. Sebuah cahaya hitam dari langit langsung menghempas kearahnya, dan membakarnya. Mata Astrid berubah menjadi merah membara, tangan kecilnya berubah menjadi cakar yang mengeluarkan api membara, dan tubuhnya berubah menjadi seekor rubah api raksasa yang berekor dua belas.
“Grrggh.. Grrggh.. Hweow.. Hweow...!!” Astrid terus meraung-raung.
Pasukan srigala yang mengetahui akan hal ini langsung berkumpul ditempat Astrid saat ini. Mereka semua kepengen menjinakkan rubah api itu. Namun sungguh disayangkan. Tiada diantara mereka yang sanggup menjinakan rubah api yang sedang mengamuk. Astrid langsung membantai semua pasukan srigala yang ada didepannya. Tidak ada satupun yang bisa selamat dari serangan Astrid yang membabi-buta itu. Tak disangka rasa sakit atas kehilangan ayah dan ibunya telah memancing kekuatan besar dari tubuh Astrid itu keluar. Dia sudah tak terkendali lagi. Ketika ia sudah berhasil menghabisi seluruh pasukan srigala, diapun berlari menuju ketempat raja Tristan dan pangeran Diego yang sedang bertarung.
“Grrgh.. Grrgh!” suara rubah api Astrid.
Mereka berdua kaget melihat rubah api sudah datang dan kepengen membalas dendam itu. Melihat kengerian mata Astrid dan juga melihat auranya, membuat keduanya gemetaran hebat. Mereka terdiam, ketakutan. Mereka berdua tak menyangka kalau kekuatan rubah api sehebat ini. Didalam kekacauan itu, muncullah raja Erwolf kembali.
“Bagus! Inilah saat yang sudah aku tunggu sedari dulu. Inilah saatnya buatku untuk menjinakan siluman rubah api yang tercantum dalam kitab kuno milik Umam, kitab Septo Tapo. Aku akan mendapat kekuatan yang teramat besar apabila aku berhasil untuk menjinakan siluman rubah legendaris ini, dan menyerahkannya kepada Ki Sugeng.” kata raja Erwolf yang begitu terobsesi untuk mendapatkan siluman rubah api itu.
“Ki Sugeng? Jadi.. guru mahasakti yang sudah melatih mereka adalah Ki Sugeng. Kalau begitu aku sudah tidak heran lagi kalau mereka bisa menghabisi Ranfotd dan Ana semudah itu!” batin raja Tristan yang menangkap kalau Ki Sugeng adalah dalang dibalik semua ini.
“Ayah? Mengapa ayah kemari! Ini terlalu berbahaya untuk mendekati siluman rubah itu, Yah! Sebaiknya kita mundur dulu, karena tidak ada yang bisa kita lakukan untuk menghentikan maupun menjinakan siluman rubah api yang sudah mengamuk.” sahut pangeran Diego yang menasehati ayahnya itu.
“Benar dugaanku selama ini. Mereka berdua datang kemari bukan karena mereka ingin untuk membunuhku, tetapi mereka datang kemari karena mereka menginginkan rubah api itu!” batin raja Tristan yang masih menganalisa alasan raja Erwolf dan pangeran Diego datang ke Xeravark.
“Tidak usah khawatir, nak! Ayah akan...?” ucap raja Erwolf yang sudah mendapati kalau tubuhnya sudah terkena serangan Astrid. “He..?”
Astrid langsung menyerang raja Erwolf dengan ajian Cakar Rubah Api. Dalam sekejap, tubuh raja Erwolf terbelah menjadi dua bagian. Kesemua bagiannya langsung terbakar hangus, dan berakhirlah nyawa raja Erwolf. Melihat kalau ayahnya sudah dihabisi oleh Astrid, membuat emosi dan amarah pangeran Diego memuncak. “Ayah!! Kau.. akan aku habisi kau, rubah terkutuk!!!” dia pun langsung menyerang Astrid dengan membabi buta, bahkan ia sudah menyerangnya dengan ajian Jarum Gigi Srigala, namun tiada serangannya yang dapat melukai Astrid saat ini.
“Grrgghh.. Grrggh...!” Astrid masih menandakan masih kuat untuk bertarung.
“Sial! Dia begitu kuat. Aku tidak pernah menduga kalau semua seranganku sama sekali tidak mempan padanya? Aku tidak mengerti mengapa mendiang ayahanda begitu terobsesi untuk mendapatkan kekuatan rubah api yang sudah tak terkendali lagi!” batin pangeran Diego gigit jari mendapati kalau semua serangannya tidak ada yang berhasil.
Pangeran Diego langsung cabut dari sana, menyisakan raja Tristan yang masih terpaku melihat Astrid. Dia benar-benar ketakutan melihat kengerian kekuatan dan mata dari rubah api yang sudah mengamuk itu. Dia merasa hampir putus asa dihadapan kekuatan yang tak bisa dinalar olehnya itu. “Benar-benar tak bisa dipercaya! Dia bisa menghabisi raja Erwolf dengan mudah. Pangeran Diego pun dibuatnya bertekuk lutut dihadapannya. Sekarang, apa yang harus aku lakukan untuk menghindari amukannya itu?!”
Sementara itu, ditempat mayat Ranfotd dan Ana berada. “Ternyata satu-satunya makhluk yang bisa menarik minatku untuk membantunya telah tiada. Sungguh disayangkan!” ucap orang misterius itu. Tiba-tiba terdengar denyutan jantung dari mereka berdua. “Kau..? kau penyihir hitam legendaris itu, kan? Tolong selamatkan.. tolong selamatkan puteri kami!” kata Ranfotd dan Ana. Sebelum penyihir hitam itu menanyakan dimana ia sekarang ini, tiba-tiba keduanya mati. “Semoga dewa Azragheel dan dewa Axilios melindungi kalian berdua. Selamat jalan..!” dengan mantra anehnya, penyihir hitam itu langsung mengeluarkan mata merah kegelapannya, dan langsung menghisap mayat kedua orangtua Astrid itu kedalam matanya.
Balik lagi ditempat Astrid saat ini. Saat itu, raja Tristan hanya bisa menghindari serangan demi serangan Astrid. Dia tak punya kesempatan untuk menyerang maupun untuk lari. “Sial! Kalau aku begini terus, aku akan tewas. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Semua seranganku juga tidak mempan padanya!” sebelum Astrid menyerang raja Tristan yang lengah karena mengamati itu, tiba-tiba datanglah seseorang. Raja Tristan dapat merasakan aura pemuda itu kalau auranya benar-benar diluar nalar. “Kau takkan mampu untuk melawannya!” ujar raja Tristan yang memperingatkan pemuda berjubah hitam. Namun pemuda itu hanya terdiam pasi, dan kemudian apapun yang berada didekatnya langsung mati. Raja Tristan ketakutan melihat fenomena itu, “Kekuatan.. kekuatan macam apa ini?!” pemuda itu hanya tersenyum pasi melihat mata raja Tristan yang sudah terbelalak. “Maaf, sudah membuat kamu takut. Aku hanya punya sedikit urusan dengan Astrid, puteri Ana saat ini. Sebaiknya kau pergi dari sini, sebelum terjadi apa-apa denganmu!” raja Tristan langsung mundur beberapa langkah. “Dia itu? Kurasa ia adalah penyihir hitam! Sepertinya aku mendengar kalau Ana mengatakan kalau ia sudah memanggil seseorang. Kurasa orang yang dipanggil Ana dengan mengorbankan separoh nyawanya itu adalah dia.” batin raja Tristan. Dan kemudian diapun kabur.
Karena masih penasaran dengan penyihir hitam itu, diapun sengaja mengintip mereka dari semak-semak. Disisi lain, penyihir hitam itu berkomunikasi dengan Astrid. “Kita berdua ditakdirkan sama oleh para dewa. Kita berdua selalu dibenci oleh bangsa kita sendiri. Takdirlah yang mempertemukan kau denganku disini. Dan kuyakin kalau takdir ini pula yang bakal mempertemukan kita lagi nanti. Namun yang perlu kau tahu ialah kalau diriku benar-benar mengerti apa yang sedang kau rasakan saat ini. Kehilangan orang-orang yang kau sayangi, kehancuran bangsamu, menyakitkan, bukan? Melihat kedua orangtuamu mati tepat didepan matamu, kehancuran coloni kecilmu yang sudah kau anggap sebagai negeri kecilmu sendiri. Aku mengerti perasaanmu itu semua. Aku betul-betul paham tentang semua ini..!” kata penyihir hitam itu seraya menangis. Raja Tristan yang mengintip itu murung. Dia dapat mengerti bagaimana perasaan Astrid saat ini, mendapati kalau kedua orangtuanya telah tiada. Bangsanya dibantai oleh pasukannya sendiri.
“Grrgh.. Grrggh...!” kelihatannya Astrid juga dapat mengerti apa yang penyihir hitam itu katakan.
“Katakanlah padaku.. apa yang sedang kau rasakan saat ini!” pinta penyihir hitam itu.
“Grrgh.. Aku benci mereka! Bangsa drakula Verus dan bangsa srigala Azxu. Mereka berdua telah menghancurkan coloni kecilku yang damai ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar