Cinta Arwah Penasaran



Cinta Arwah Penasaran
                                                                        Dendam


Aku benar-benar tidak menyangka, aku mati secepat ini. Usiaku masih 19 tahun. Dan aku masih memiliki masa depan yang belum sempat aku raih. Namun Tuhan telah berkehendak lain. Aku telah dipanggil-Nya saat aku telah meminang Rieda, kekasih yang paling aku cintai. Aku mati di dalam perjalanan pulang sekolah. Ada dua buah mobil yang menabrak mobilku, hingga mobilku menabrak pohon dan meledak. Syukurnya, mayatku masih bisa dikenali, karena diriku sebelum ledakan itu, aku bisa keluar dari mobil. Tetapi, itu tidak merubah takdir bahwa aku sudah mati. Meninggalkan sebuah rasa penasaran yang terus menggeliati pikiran dan hatiku. Bagaimana aku bisa mati? Mengapa aku mati disaat pulang sekolah? Dan mengapa kedua pengendara mobil sudah tahu kalau diriku pulang lewat jalan itu? Apakah ada sebuah konspirasi yang terjadi?
Aku bingung. Aku benar-benar bingung! Entahlah, meskipun aku sudah tiada dan tubuhku sudah dimakamkan, namun aku masih belum merasa tenang dan rela akan kematianku ini. Mungkin perasaan inilah yang membuatku jadi Arwah Penasaran.
Aku putuskan untuk berkunjung ke rumah Rieda, karena diriku sudah tidak memiliki keluarga lagi setelah kedua orangtuaku meninggal. Aku ingin memastikan kalau Rieda bakal baik-baik saja setelah kepergianku. Namun aku salah, ternyata setelah kepergianku, dia malah mengurung diri di kamarnya. Tidak ingin bicara dengan siapapun, dan iapun tidak ingin makan. Keadaan yang sungguh menyedihkan. Kedua orangtuanya sudah berusaha dengan keras untuk mendorongnya supaya ia bisa kembali seperti sedia kala, namun percuma. Keduanya tidak bisa merubah keadaan Rieda saat ini.
Aku sedih melihatnya, namun aku juga tidak bisa berbuat apapun. Oleh karena itu, aku pun mulai menjauh darinya, berharap kalau ia akan segera bisa melupakan tentang diriku, dan cinta kita.
“Rieda... maafkan aku!”
“Aku tak bisa berbuat apapun untuk menghiburmu, sama seperti dulu. Aku tak bisa berbuat apapun untuk membuatmu tertawa dan ceria sama seperti dulu. Aku hanya berharap kalau kau segera melupakan soal diriku dan cinta kita. Dengan begitu, maka kau akan bisa melangkah maju kembali!”
Sudah tiga bulan lebih aku mati, namun hingga saat inipun aku masih dihinggapi rasa penasaran tentang siapa pembunuh diriku itu. Selama ini, aku tinggal disekolah SMAN 1 Blitar, karena disanalah diriku bisa merasa tenang sedikit, saat diriku melihat Rieda tersenyum, tertawa, dan bahagia bersama teman-temannya, Susi, Eka, dan Niken.
“Ri, jadi lo dah bisa ngelupain Umam, nih?” tanya Niken yang terlihat lucu dan imut itu.
“Hmm.. nggak lah. Aku nggak mungkin bisa melupakannya. Diakan satu-satunya kekasih yang paling aku cintai. Walaupun sekarang, ia sudah tiada!” jawab Rieda murung.
*Bete* kenapa sih, kamu tidak bisa melupakan soal dia, Ri? Padahal sudah banyak cowo’ yang melirik dan menyatakan cinta kepadamu. Mengapa kau masih saja kepikiran soal dia, sih? Dia itukan sudah...” kata Eka yang terpotong oleh Rieda.
*Murung*... Maaf teman-teman. Cintaku ke Umam masih berkobar-kobar didalam hatiku. Akupun tidak tahu, mengapa diriku masih begitu mencintainya, padahal ia sudah tiada? Aku masih terus berharap kalau suatu saat nanti, kami berdua akan bertemu kembali..!” jawab Rieda.
“Itulah teman gue....!” sahut Susi.
Malam terus berganti. Waktu terus berlalu. Aku masih belum bisa melupakan soal Rieda, begitupun sebaliknya. Rieda pun masih belum bisa melupakan soal diriku. Mungkin inilah yang dinamakan Cinta Sejati itu.
Setiap malam aku selalu merenung, meratapi nasibku yang tidak bisa lagi bercengkerama dengan Rieda, kekasih pujaanku. Untunglah, aku masih mempunyai seorang teman baik. Teman? Nggak juga.
*Merenung*...........”
“Hai, Umam! Merenung seperti biasa, he?” sapa Astrid, hantu yang mati dua hari setelah aku. Dia meninggal bunuh diri tepat disekolah ini. Entahlah apa sebabnya, hingga saat inipun ia masih merahasiakan hal itu dariku.
“Hmph. Kau lagi rupanya? Masih tidak bosan kau seperti itu, Trid? Jangan bertingkah layaknya seperti gadis kecil saja. Kau itu sudah mati!” balasku dingin padanya.
*Muram*..Apa? gadis kecil, katamu?!” katanya pelan.
Tiba-tiba suasana sekolah menjadi aneh. Angin besar menerjang seluruh isi sekolah. Kaca-kaca pecah, sementara kursi dan meja berserakan. Lampu-lampu pecah, dan semua buku yang ada disekolah itu sobek-sobek. Benar-benar menakutkan..!
Apakah ini semua disebabkan oleh roh Astrid itu? Aku benar-benar penasaran padanya. Kutahu kalau diriku seharusnya tidak mengungkit-ungkit soal dia. Namun, ada sesuatu yang aneh dengannya. Sepertinya, dia memendam sebuah dendam kesumat yang begitu besar pada seseorang.
Untuk mencegah hal yang semakin buruk lagi, aku berusaha menghiburnya.
“Wah, Astrid! Kesinilah, aku menemukan sesuatu yang begitu lucu di rak kepala sekolah. Mau ikut?” tanyaku, yang sebenarnya sudah ketakutan melihat apa yang barusan terjadi itu.
*Tertarik* Hah, benarkah itu?” tanyanya.
“Iya, ayo ikut aku..!” ajakku.
*Note* Seperti yang kalian tahu, Astrid adalah sesosok roh yang dulunya meninggal karena bunuh diri. Aku masih belum tahu, mengapa ia sampai melakukan hal yang tercela seperti itu. Ketika aku menanyakan maupun mengungkit-ungkit masalah dirinya dan kehidupannya dulu, dia langsung muram dan mengamuk seperti tadi. Kalau aku bisa menduga sih, dia bunuh diri karena ia melihat pacarnya selingkuh dibelakangnya. Kelihatannya ia masih belum banyak mengingat mengenai masa lalunya itu. Mungkin ini karena guna-guna seseorang paranormal supaya arwah Astrid tidak mengingat mengenai masa lalunya tersebut.
Aku mengajaknya keruang kepala sekolah. Disana, aku tidak sengaja menemukan sebuah boneka yang entah siapa yang menaruh itu disana. Aku bersyukur karena orang itu telah membantuku untuk menenangkan hati Astrid.
*Lega* Phuff.. syukurnya aku menemukan boneka disini. Kalau tidak, mungkin aku tidak bisa bayangkan apa yang bakal terjadi padaku saat hantu Astrid mengamuk nantinya.” batinku lega.
Tiba-tiba Astrid datang menghampiriku dan kemudian memelukku. Dia berpikir kalau akulah yang telah memberinya boneka itu. Aku yang tak tahu apapun itu, hanya bisa diam saja.
“Terima kasih, Umam! Kau sudah memberikanku sebuah kejutan yang tak ternilai ini. Padahal sedari aku hidup, aku.. aku belum pernah mendapat Surprise seperti ini dari seseorang!” katanya.
“..Sama-sama. Lagian, kita inikan teman!” sahutku.
“Benar. Kita berdua ini adalah teman.” balasnya.
Keesokan harinya, aku seperti biasa, selalu mengintip Rieda dari balik jendela. Dia terlihat cantik dan manis sama seperti biasanya. Ingin sekali aku bisa berbincang-bincang dan mengutarakan rasa Rinduku padanya. Namun aku tahu kalau hal itu takkan pernah terjadi.
“Kau takkan pernah bisa bersamanya, Umam!” kata Astrid yang entah sudah sampai kapan berada disampingku.
*Kaget* Astrid? Sejak kapan kau berada disini, he?!” tanyaku.
*Datar* Sudah dari tadi. Aku kesini karena aku khawatir padamu, Mam! Sedari kemaren malam, kau selalu merenung seperti itu. Dan sekarang aku tahu kalau kau merenung gara-gara gadis pujaanmu itu, kan!” jawabnya.
“..Kalau kau mau, aku bisa aja kok bantu kamu, Mam!” katanya tiba-tiba.
*Curiga* T-tunggu dulu! Mengapa kau tiba-tiba jadi mau membantuku, Trid? Aku sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiranmu itu!” sahutku.
*Tersipu*..Itu karena kau sudah memberikan sebuah surprise boneka yang aku inginkan kemaren malam. Oleh karena itulah, aku ingin untuk membantumu, walaupun hanya bantuan kecil yang bisa kuberikan.” jawabnya.
“Lalu bagaimana caranya..?” tanyaku.
“Aku akan merasukinya..!” jawabnya.
Setelah dicoba, Astrid tidak bisa merasuki tubuh Rieda. Itu karena keteguhan dan kesucian hati Rieda, sehingga para makhluk halus tidak bisa merasukinya. Disamping itu, diapun juga memakai sebuah kalung jimat pemberian kakeknya.
*Tertawa geli* Hahaha... gimana? Sudah kukatakan berkali-kali kalau kau takkan pernah bisa merasukinya. Iyakan?”
“Kau meledekku? Aku begitu penasaran, mengapa aku tidak bisa merasukinya, padahal jikalau aku mau, aku pasti bisa merasuk keraga siapapun yang aku mau. Gadis itu benar-benar aneh..!”
*Ngambek* Lebih baik aku pergi saja dari sini. Disini sudah terlihat membosankan!”
Hari berlalu dengan cepat. Sehingga tak terasa setahun pun berlalu juga. Dan Rieda akhirnya naik kelas XI. Betapa terharunya aku saat melihat Rieda sudah semakin tumbuh menjadi gadis yang cantik dan mempesona. Dan sepertinya dalam waktu setahun ini, diapun bisa melupakan soal diriku. Aku bisa merasakannya karena tubuh rohku kian hari kian menghilang.
Aku pernah mengatakan suatu hal kepada arwah Astrid untuk melupakan masa lalunya, apapun itu. Supaya ia bisa cepat menghilang. Tenang masuk kealam yang baik. Namun usahaku sia-sia. Oleh karena itulah, hingga saat inipun diriku masih belum bisa menghilang. Kelihatannya, amnesia roh Astrid itupun sedikit demi sedikit pulih. Tinggal menunggu waktunya saja, dia akan mengetahui siapakah orang dibalik kematiannya tersebut.
Beberapa hari kemudian, disaat tahun ajaran baru dimulai. Tiba-tiba sekolah kami kedatangan seorang siswi baru yang cantik, seksi, dan anggun. Dia bernama Anggun Vivi Rubiyanti. Dia pindahan dari SMAN 3 Malang. Alasan dia pindah karena ia ikut kedua orangtuanya yang pindah tugas di daerah Blitar ini. Dan dia merupakan adik keponakan dari Aditiya Bayu Ryanto, putera dari pengusaha sukses, Pak Rohmat.
“Kenalin! Namaku Anggun Vivi Rubiyanti. Aku pindahan dari SMAN 3 Malang. Aku bersekolah disini karena kedua orangtuaku lagi pindah tugas ke kota Blitar ini. Aku harap, kalian mau untuk menerima dan berteman denganku.” ucap Vivi ramah.
“Senang berkenalan denganmu, Vi!” balas teman-temannya sekelas.
Aku penasaran dengan gadis itu. Aku penasaran karena aku melihat kalau gadis itu mempunyai aura aneh yang keluar dari tubuhnya, memancingku untuk mendekat padanya. Dia tentunya cantik, seksi, dan anggun. Tiada satupun mata lelaki yang sanggup berpaling dari dirinya. Namun demi cintaku ke Rieda, aku buang jauh-jauh pikiran tersebut. Tapi meskipun begitu, aku masih merasa penasaran soal dirinya. Oleh karena itu, secara diam-diam aku membuntutinya sewaktu ia pulang sekolah tadi.
Sesampainya disana, pecahan dari memoriku mulai terbuka disana. Sepertinya aku ingat betul dengan orang yang bernama Aditiya Bayu Ryanto itu. Mengapa aku benci padanya? Mengapa aku merasa kalau diriku menyimpan rasa dendam yang begitu besar padanya?
*Memegangi Kepala* Kenapa ini? Mengapa aku merasa begitu benci kepada orang yang bernama Aditiya Bayu Ryanto itu? Apakah ia ada hubungannya dengan penyebab kematianku setahun lalu!?” batinku berbisik.
“Aku harus menyelidikinya sendiri..! Siapakah orang yang dipanggil Ryan itu sebenarnya? Mengapa aku bisa segitu bencinya padanya.” lanjutku.
Vivi disana mendapat perlakuan keras dari Pak Rohmat dan Ryan. Mereka berdua mem-bully Vivi sampai segitunya. Aku begitu kasihan padanya. Ingin aku menolongnya, namun aku tak bisa berbuat apapun untuk menolongnya.
Dari balik jendela kamar, aku merasakan ada seseorang yang tengah mengawasiku. Aku pikir kalau ia adalah sesosok hantu, namun aku salah. Ia seorang gadis manusia. Dia menyuruhku untuk mengikutinya ke kamarnya. Katanya sih, ia kepengen berbincang-bincang denganku.
“Apa yang kau inginkan dariku? Aku tak mengerti mengapa seorang manusia sepertimu mampu untuk melihat arwah seperti aku ini?” tanyaku padanya.
“Namaku Delima Anktasari. Aku adalah sepupu dari Vivi. Kau bertanya mengapa aku bisa melihatmu, he? Aku adalah seorang Indigo. Oleh karena itu, aku bisa melihat arwah penasaran sepertimu ini,” jawabnya singkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar