Drakula Land



Drakula land
Rising of Umam

Dahulu kala, disebuah pulau yang bernama pulau Drakula, hiduplah seorang Raja drakula yang arif bijaksana. Dia adalah Raja Umam. Dibawah kepemimpinannya, kerajaan drakula kala itu berhasil mengatasi semua masalah yang melibatkan kerajaan – kerajaan lain, seperti; Kerajaan bangsa Srigala, kerajaan bangsa iblis, kerajaan bangsa Ular, kerajaan bangsa Rubah Putih, dan kerajaan bangsa Macan. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Raja Umam berhasil menyatukan kerajaan – kerajaan itu dibawah kepemimpinannya.
Namun, beberapa tahun kemudian, Raja Umam itu dikabarkan menghilang. Dia menghilang setelah Raja Umam mengetahui sebuah plot untuk menggulingkan kerajaan drakula, oleh karena itu, Raja Arshen, sepupu dari Raja Umam itu berniat untuk mencarinya, namun ketika ia sampai pada sebuah dalang dari kejadian itu, ia ditemukan tewas.
“Astaga, bukankah ini adalah Raja Arshen, sepupu dari Raja Umam itu? Kenapa ia sampai mati ditempat ini, apakah ia sudah mengetahui akan penyebab ataupun dalang dari menghilangnya Raja Umam?” tanya Danang, adik kandung Raja Umam.
“Kurasa juga begitu. Raja Arshen itu pastinya mengetahui akan siapa dalang sebenarnya dibalik menghilangnya Raja Umam. Sehingga dia dibunuh secara keji ditempat ini,” jawab panglima Ryan.
“Jikalau ia dibunuh ditempat yang sepi, seperti terowongan ini, pastinya markas dari dalang itu pastinya ada ditempat ini dulunya. Sebaiknya kita berdua segera cek apa yang ada didalam, sebelum kita pergi dari sini!” ujar Pangeran Danang, seraya berjalan memasuki gua itu.
Ketika mereka berdua memeriksa didalam gua itu, mereka berdua melihat segerombolan manusia srigala dan manusia iblis yang habis dibantai oleh seseorang. Mereka berdua menduga kalau orang yang membantai mereka itu adalah orang yang sama yang menyebabkan Raja Arshen itu meninggal.
“Tidak bisa diduga. Kenapa banyak manusia srigala dan manusia iblis mati secara mengenaskan ditempat ini. Kalau kerajaan Srigala dan kerajaan Iblis mengetahui akan hal ini, pastinya mereka semua bakal menuntut balas kepada bangsa Drakula,” ujar Pangeran Danang yang tidak menduga kalau didalam gua itu terdapat banyak sekali mayat manusia Srigala dan manusia Iblis.
“Sekarang kita harus gimana, pangeran?” tanya panglima Ryan yang terlihat resah itu.
“Sebaiknya kita segera pergi dari sini dan melapor kepada kerajaan, supaya mereka semua pada menginvestigasi tentang semua kejadian ini!” jawab pangeran Danang.
Saat mereka mencoba keluar dari gua itu, tiba – tiba dari luar terdengar suara raungan bangsa Srigala. Dan seketika itu juga, batu – batu yang bergetar ketika mendengar raungan srigala itu tiba – tiba jatuh menutupi jalan keluar goa itu, sehingga mereka berdua terjebak didalam gua.
“Hahaha... Rasakan itu, Pangeran dan panglima. Itu semua merupakan balasan buat kalian berdua yang telah menghabisi seluruh anak buah kami, yang ada didalam gua itu!” ujar panglima Khozin seraya tertawa.
Sementara itu, jauh dilain pihak, Raja Umam yang kala itu sedang sekarat akibat serangan dari bangsa drakula penghianat, sedang mengamati salah seorang gadis di sekolah SMAN 3 Merdeka. Disana, ia mendapati seorang gadis yang mempunyai aura putih dan hitam yang besar sekali.
“Siapa gadis itu, kenapa ia mempunyai aura mistis hitam dan putih sebesar itu? Apakah mungkin kalau dia adalah orang yang disebutkan oleh kitab Septo Tapo itu, kalau suatu saat nanti, akan ada seseorang gadis yang bakal menyelamatkan seluruh pulau drakula?” batin Umam yang terus – terus penasaran ketika melihat gadis itu.
“Dah, sebaiknya aku awasi dia terus. Sampai aku benar – benar yakin kalau ia adalah gadis yang disebutkan dalam ramalan kitab itu!” imbuhnya.
Untuk mendekati gadis itu lebih jauh lagi, Umam itupun akhirnya menyamar menjadi seorang pemuda yang tampan, dan keren. Dengan begitu, Umam itupun akhirnya bisa masuk kedalam sekolah itu.
“Bagus. Dengan menyamar menjadi seorang siswa sekolah seperti ini, pastinya aku akan bisa mendekat dengan gadis cantik tadi. Aku yakin kalau dia sebenarnya ialah gadis yang dimaksudkan didalam kitab Septo Tapo itu!” ujar Umam lirih.
Umam waktu itu menyewa sepasang kekasih yang baru saja menikah untuk disuruh menjadi kedua orangtuanya. Sebenarnya sepasang kekasih itu setuju – setuju aja, meskipun tidak dibayar, karena mereka berdua tahu kalau Umam itu merupakan seorang drakula yang bakal membawa perubahan yang baik bagi kedua dunia, dunia manusia dan dunia gaib.
Setelah semua rencananya itu tersusun rapi, akhirnya keesokan harinya, Umam itupun akhirnya mendaftarkan dirinya disekolah SMAN 3 Merdeka, yaitu sekolah dimana Vivi Rubiyanti bersekolah.
“Kenalkan, namaku adalah Umam Steven. Aku merupakan siswa pindahan dari sekolah London’s High School. Aku pindah kesekolah ini karena kedua orangtuaku lagi melakukan dinas kerja dinegeri ini,” kata Umam memperkenalkan diri.
“Wah hebat yah, sekolah kita dimasuki oleh siswa pindahan dari kota London, Inggris itu. Ditambah lagi dia benar – benar tampan dan keren. Pastinya keluarganya itu merupakan orang yang benar – benar tajir!” bisik Niken kepada Nuhy.
“Tentu saja donk.” Jawab Nuhy.
“Okelah Umam, sekarang ini kau boleh duduk dibangku yang paling depan, bersebelahan dengan bangku Vivi. Aku harap kau akan segera akrab dikelas ini, Mam. Karena disini siswa – siswinya banyak yang usil!” kata Pak Dodo.
“Baik, pak. Aku mengerti. Jikalau mereka ada yang usil, saya pastikan kalau saya akan kasih mereka pelajaran. Lagipula saya ini merupakan salah seorang karatedo dinegeri saya, di Inggris.” Jawab Umam.
“Bagus, kalau begitu sekarang silahkan duduk sana!”
“Baik”
Sesampainya ia ditempat duduk, diapun langsung mengajak kenalan Vivi, gadis yang mempunyai aura hitam dan putih yang sangat besar itu. Setelah ia mengobrol dengannya untuk beberapa saat, akhirnya Umam itu menyadari kalau Vivi itu orangnya asyik, jadi dia takkan bosan jikalau ia ngobrol dengannya nanti.
“Hei..!” sapa Umam.
“Hei juga, Umam. Ada apa?” balas Vivi manis.
“Ngomong – ngomong, sebenarnya nama kamu itu siapa sih? Aku ko’ jadi penasaran gitu kepengen tahu namamu itu, he?” tanya Umam.
“Namaku Vivi, gue merupakan anak yatim piatu ko’, Mam. Jadi gue tidak punya siapa – siapa lagi, terkecuali nenekku itu satu – satunya,” jawab Vivi memulai pembicaraan yang langsung menyedihkan.
“Astaga. Memangnya kedua orangtua kamu itu kenapa sampai dia meninggal begitu cepat dengan meninggalkan gadis cantik dan manis seperti kamu ini, Vi?” tanya Umam iba.
“Entahlah, nenek aku itu tidak pernah ngomong sesuatu ke aku mengenai hal itu. Selama dua tahun ini aku mencoba mencari – cari tahu mengenai masalah ini, namun aku tidak menemukan apa – apa yang bisa kujadikan petunjuk untuk memecahkan penyebab kedua orangtuaku itu meninggal!” jawab Vivi.
Begitu melihat rupa dan tubuh Vivi yang cantik dan seksi, hampir – hampir saja Umam itu lepas kendali. Dia kepengen untuk segera milikin tuh Vivi, namun karena demi kebaikan seluruh dunia, jadi ia urungkan niatnya itu.
Meskipun ia tahu kalau dia hanya bisa bertahan selama setahun dalam wujud penyamarannya itu, namun dia harus tetap bertahan untuk menunggu waktu yang tepat buat merasuk ketubuh Vivi, dan segera kembali kedunia gaib, dimana kerajaan drakula sudah menunggu kedatangannya untuk mengembalikan kejayaan dan kedamaian didunia gaib sana.
Disaat jam istirahat tiba, Niken, Nuhy, dan Merinda itupun akhirnya segera menggoda Umam yang sekarang ini lagi duduk dikantin sekolah sembari menyantap makanan bakso Pak Ujang itu.
“Hai, Umam. Sedang apa kau disini, he?” sapa ketiga cewek itu mesra.
“Sedang apa, he? Bukankah kalian bertiga bisa melihat sendiri, sedang apa aku sekarang ini. Jadi sebaiknya kalian bertiga menyingkir deh, daripada hal yang buruk bakal terjadi pada kalian bertiga!” jawab Umam yang mengancam itu.
“Idiih, apa – apaan sih kamu itu, Mam. Kita kan nanya soal baik – baik. Kenapa elu jawab sapaan kami itu dengan jutek sih.” Omel mereka bertiga.
“Apakah ini adalah sifat gadis itu yah. Kalau iya, sebaiknya aku pelajari hal ini lebih jauh lagi, supaya aku tidak dicap sebagai manusia yang aneh,” batin Umam berfikir.
Sepulangnya Umam kerumah barunya, ditengah jalan ia itupun dihadang oleh tiga orang bangsa Iblis. Mereka bertiga merasakan kedatangan Umam yang merupakan Raja dari kerajaan drakula yang mereka musuhi itu.
“Ada apa, kenapa kalian bertiga menghalangi jalanku. Setahuku bangsa drakula tidak bermusuhan dengan bangsa iblis. Jadi kenapa kalian bertiga mencegatku disini, didunia manusia ini, he?” tanya Umam sinis.
“Sepertinya kau belum tahu apa yang terjadi di pulau drakula sana, drakula. Sekarang ini Raja Drakule telah membunyikan genderang perang melawan seluruh bangsa siluman. Dan kami bertiga diperintahkan oleh Raja kami untuk menghabisi seluruh drakula yang ada!” jawab ketiga iblis itu tegas.
Dan mulai saat itu, perkelahian diantara mereka tidak bisa dielakkan kembali. Mereka berempat bertarung sangat sengit, sehingga gerak – gerik mereka tidak bisa terlihat.
Karena kondisi Umam yang lemah, akhirnya ia terus paksakan buat menyerang balik mereka bertiga. Untunglah kekuatan yang dimiliki oleh Umam itu besar, jadi dengan payah iapun masih bisa mengalahkan mereka bertiga.
“Sial, siapakah kau ini sebenarnya? Kenapa kau dengan kondisi kamu yang seperti itu bisa mengalahkan kami bertiga, yang merupakan salah satu panglima bangsa iblis, he?” tanya salah seorang iblis itu.
“Identitas diriku yang asli tidak akan kubocorkan kepada kalian. Sekarang sebaiknya kalian bertiga pergi menjauh dari sini, atau kalian bertiga akan tewas dihadapanku!” ancam Umam bersungguh – sungguh.
Dan akhirnya ketiga iblis itu akhirnya pergi. Ketika mereka bertiga pergi, Umam itupun akhirnya tersungkur juga. Kekuatannya kala itu sudah terkuras habis untuk menghadapi mereka bertiga dengan kondisi yang kurang baik itu.
“Sial. Tenagaku sudah habis terkuras semua. Kalau begini terus, maka lukaku ini tidak akan pulih. Sebaiknya aku segera pulang, sebelum mereka datang kembali dengan pasukan yang lebih banyak lagi,” batin Umam yang terasa panas, karena luka yang ia terima dulu.
“Drakule, jadi kau berani membunyikan genderang perang dengan seluruh kerajaan siluman, yah? Awas saja kalau aku sudah kembali nanti, aku buat kau menderita untuk selama – lamanya.” Imbuhnya.
Keesokan harinya, tepat dihari minggu, karena sekolah hari ini libur, Umam itupun akhirnya memutuskan untuk jalan – jalan keluar sebentar. Sesampainya di mall, diapun tak disangka – sangka bisa bertemu dengan Vivi disana, yang sedang sendirian terpaku melihat – lihat Hpnya yang masih kosong itu.
“Vivi, apa kabar? Sedang apa kau disini, lagi belanja sesuatu yah!?” tanya Umam menyapa.
“Umam. Kau mengapa ada disini, he?” tanya Vivi balik, seolah – olah dia tidak kepengen Umam buat mengetahui alasannya untuk datang kemari.
“Aku? Aku kesini karena aku cuman menghilangkan penatku dirumah. Sambil belanja – belanja kebutuhan buat esok hari.” Jawab Umam santai menanggapi omongan Vivi.
“Oo gitu toh,” ucap Vivi yang mulai beranjak dari tempat duduknya.
Ketika melihat Vivi pergi, membuat Umam itu merasa sedikit gelisah. Sebelum Vivi itu berlalu dari pandangannya, Umam itupun langsung memegang tangannya erat – erat.
“Vi, ayo kita nonton yuk. Aku disini itu merupakan warga baru, jadi aku disini kurang mengerti akan kondisi dan aturan – aturan dinegara ini. Namun kalau kita nonton bioskop, maka hal itu mengingatkan aku kepada masa – masaku ketika dilondon dulu!” Umam itupun mengajak Vivi untuk nonton bareng.
“Mhm.. okelah. Lagipula gue juga nggak punya kerjaan hari ini, Mam!” jawabnya.
Ketika mereka berdua asyik pergi menonton bioskop dilokasi yang nggak jauh dari mall, Niken, teman baik Vivi sudah tidak tidak sabaran buat nunggu jemputan dari Vivi itu.
“Aduuh, dimana sih Vivi itu. Kenapa dia sampai telat jemput gue yah? Apa ada yang terjadi dengan Vivi saat ini, aduuh aku lagi diburu jam show nih,” ujar Niken yang sudah tidak sabar menanti Vivi buat jemput dia.
“Sebaiknya gue segera susul dia aja deh, mungkin dengan begitu gue bisa tahu apa yang sedang ia kerjakan saat ini. Aku harap dia tidak mencoba menghianati janjinya ke gue.” Imbuhnya.
Niken itupun segera menyusul ketempat dimana Vivi berada, namun kata pelayan mall, dia pergi kesuatu tempat dengan seorang pria yang tampan dan keren. Niken itupun penasaran, siapa yang mengajak Vivi itu. Oleh karena itu, Niken itupun meminta sedikit petunjuk mengenai kepergiannya. Dan akhirnya iapun berhasil menebak, mereka sedang berada dimana.
“Terima kasih banyak,” ucap Niken seraya berterima kasih ke pelayan gadis muda itu.
“Sama – sama!” jawab pelayan itu seraya berlalu dari pandangan Niken.
“Kalau menurut pelayan tadi, mereka berdua pergi kearah bioskop. Sebaiknya aku segera hampiri dia sekarang, takutnya ia diapa – apain sama pemuda yang nggak jelas itu!” batin Niken dan kemudian diapun segera cabut dan pergi menuju ke bioskop terdekat.
Sementara itu, ketika menonton bioskop, pandangan Umam tidak pernah bisa teralih dari Vivi. Itu bisa terlihat ketika ia terus – terusan buat mandangi muka Vivi yang cantik itu. Mulai saat itu, diapun akhirnya menyadari kalau ia sudah jatuh hati kepada Vivi.
Namun disisi lain, Umam itupun menyadari kalau mereka berdua tidakkan pernah bisa bersatu, karena seperti yang kalian ketahui kalau Umam merupakan drakula sedangkan Vivi merupakan manusia biasa.
“Perasaan apa ini, kenapa setiap kali aku menatap Vivi lebih jauh lagi, perasaan ingin memilikinya itu semakin kuat dan kuat lagi. Apakah ini yang namanya cinta yang sering bangsaku dan bangsa manusia itu bicarakan?” batin Umam.
“Namun gimana gue bisa memilikinya, bangsa kita berdua aja berbeda. Lagipula seharusnya aku itu menganggapnya itu sebagai wadah baruku, yang pastinya kalau gue sudah lemah gemulai, aku akan memerlukan raganya untuk kujadikan raga baruku!” imbuhnya didalam hati.
“Umam, kenapa kau menatapku sampai seperti itu, he?” tanya Vivi yang mengarahkan pandangannya ke Umam.
“Nggak, nggak kenapa – napa ko’.” Jawab Umam gelagepan.
Disaat mereka lagi ngobrol bareng, Vivi itupun langsung ngajak Umam bicara serius mengenai sesuatu yang teramat penting. Dia kepengen membicarakan soal Niken ke Umam.
“Mam, gue kepengen bicara empat mata denganmu. Ini mengenai soal perasaan temanku kepadamu,” ujar Vivi tiba – tiba.
“Teman, siapa temanmu itu yang pengen kau bicarakan itu, Vi?” tanya Umam heran.
“Aku kepengen bicara soal Niken, Mam. Kau tahukan kalau Niken itu ketika ia melihatmu, ia bener – bener tertarik denganmu.” Kata Vivi menjelaskan.
“Iya, terus?”
“Gue kepengen elu untuk sedikit memahami perasaannya kepadamu itu, Mam. Kurasa dia tlah benar – benar jatuh cinta kepadamu, Mam. Jadi apakah kau mau buat menerima perasaan cintanya itu padamu?” tanya Vivi sedikit ragu.
Belum sempat Vivi itu menyelesaikan pembicaraannya, Niken itupun langsung datang ke bioskop dimana Umam dan Vivi lagi berduaan. Ketika ia mengetahui kalau Vivi jalan dengan pria idamannya itu, Niken itupun langsung marah besar. Dan tanpa ia sadari, diapun langsung nampar Vivi sekeras – kerasnya.
Plakk... Plakk..!
Niken benar – benar tak bisa percaya kalau sahabat baiknya sendiri tega menusuknya dari belakang dengan mencoba mendekati Umam yang jelas – jelas pria idamannya Niken. Niken benar – benar tidak memperdulikan penjelasan Vivi, setelah ia nampar Vivi sebanyak dua kali, diapun langsung cabut dari sana.
“Jadi ini yah kerjaan elu selama ini? Benar – benar tega yah kau itu menusuk gua dari belakang seperti ini, Vi. Kau pernah ngomong kalau elu itu nggak suka sama Umam, tapi apa kenyataannya, he? Elu malah mencoba deketin Umam, kan? Ngaku!” kata Niken yang benar – benar marah itu ke Vivi.
“Ken, dengerin dulu penjelasanku..” sahut Vivi.
“Udah deh, semuanya sudah jelas sekarang. Pantesan aja yah elu gue hubungin berkali – kali tadi, nggak elu angkat. ternyata elu lagi asyik disini, pacaran sama Umam, pria yang gue sukai itu kan?” bentak Niken.
Umam yang mendengar cek cok diantara mereka berdua hanya bisa diam. Dia belum mengerti sepenuhnya mengenai perasaan seorang wanita itu. Hal itu membuat Vivi heran, karena ia tak mau menjelaskan ataupun mengatakan apa – apa untuk menjelaskan apa yang terjadi diantara mereka berdua.
Ketika Niken cabut dari sana, Vivi itu marah ke Umam, karena ia hanya bisa diam disaat mereka berdua lagi berantem serius seperti itu.
“Umam, kenapa elu nggak ngomong apa – apa sih? Padahal jikalau elu ngomong tadi, gue mungkin akan bisa sedikit meredakan emosi Niken yang meledak – ledak seperti itu tadi!” ujar Vivi kesal.
“M.. Maaf, aku tidak mengerti permasalahan mengenai kalian berdua, jadi yang bisa kulakukan hanyalah diam. Supaya kalian berdua tidak semakin tersulut akan emosinya,” jawab Umam.
“Sudahlah, sebaiknya kita berdua segera susul tuh Niken, dan kita jelaskan semuanya, apa yang terjadi diantara kita berdua!” ajak Vivi.
“Okelah”
Sesampainya mereka diluar untuk mencari Niken, mereka berdua itupun dikejutkan dengan kedatangan dua orang misterius yang mencoba menculik Niken. Oleh karena itu, Umam itupun segera menyuruh Vivi untuk sembunyi sedangkan ia segera bergegas buat nolong Niken.
Dan disaat itulah, Niken itu tahu kalau Umam itu bukanlah manusia, namun adalah drakula. Meskipun begitu, rasa cintanya terhadap Umam lah yang merubah rasa benci dan marahnya kepada Umam.
“Kau nggak kenapa – napa, Niken?” tanya Umam yang benar – benar khawatir itu.
“Umam, jadi kau itu.. drakula? Mengapa kau tidak memberitahuku mengenai hal ini, Mam?” jawab Niken terpaku.
“Banyak alasan yang perlu kau ketahui, Ken. Namun suatu saat nanti elu pasti juga akan mengerti akan hal ini. Tapi sekarang sebaiknya elu ikut gue, karena nyawamu itu sedang diincar oleh kaum Srigala!” kata Umam yang langsung menarik tangan Niken.
Setelah Umam menolong Niken, Umam itupun langsung membawa Niken menuju dimana Vivi berada sekarang ini. Sebelum itu, Umam itupun menyuruh Niken buat ngerahasiain identitas sebenarnya ke Vivi. Karena ia takut kalau jika Vivi mengetahui identitas aslinya Umam yang merupakan seorang drakula, maka Vivi tidak mau berteman lagi dengannya.
Niken itupun menyetujui ucapan Umam tadi, namun Niken itu memberikan sebuah syarat ke Umam.
“Oke, gue bakal ngerahasiain rahasia ini, namun hanya dengan sebuah syarat. Syarat itu nggak sulit – sulit amat ko’. Elu cuman perlu jadi kekasih gue, maukan?” pinta Niken mengajukan sebuah syarat ke Umam.
“Mhm. Gimana yah?” Umam masih belum bisa menjawabnya sekarang.
“Kau tidak perlu untuk menjawabnya sekarang, karena lagipula masih ada Vivi disekelilingmu. Namun aku menunggu jawabanmu itu paling lama dalam setahun ini, oke?” sahut Niken.
“Baiklah, dalam waktu setahun ini gue bakal renungin permintaan elu tadi, Ken. Namun yang terpenting sekarang ini ialah elu bisa menjaga rahasia ini, supaya tiada seorangpun yang mengetahui identitas asliku!” jawab Umam yang akhirnya sepakat dengan syarat yang diajukan Niken tadi.
Dua hari kemudian, kedua orangtua angkat Umam itu yang bernama Pak Handy dan Bu Ayu itu memutuskan untuk pergi keluar kota. Mereka menyuruh Umam untuk menjaga – jaga rumah sementara mereka pergi nanti.
“Umam, karena kami berdua akan pergi keluar kota selamat tiga hingga empat hari, jadi kami minta kau bisa menjaga rumah ini baik – baik yah!” pinta Bu Ayu yang sangat cantik itu.
“Baik, bu!” jawab Umam seraya tersenyum.
“Kalau ada apa – apa, segera hubungi kami yah! Kami berdua tidak mau terjadi masalah apapun ketika kami berdua kembali nanti. Ingat yah, kalau pria sejati itu tidak pernah menarik kata – katanya sendiri,” ujar Pak Handy sambil berlagak sok keren.
“Okelah, Pa!” jawab Umam.
Setelah mereka berdua pergi, Umam itupun akhirnya memanggil ketiga temannya, yaitu Vivi, Niken, dan Nuhy. Umam kala itu tidak banyak memiliki teman pria jadi dia hanya mengundang teman – teman gadisnya saja.
Sesampainya mereka bertiga disana, mereka itupun langsung buat rame sehingga banyak tetangga – tetangga yang memprotes Umam mengenai hal ini. Namun sayangnya protesan dari para tetangga – tetangganya itu tidak digubris sama sekali oleh Umam.
“Ayo, kita ramekan pesta yang meriah ini, walaupun yang lain koar – koar, kabilah tetap berlalu jua!”
“Yai..”
Mereka berpesta pora selama kurang lebih tiga jam. Selesainya mereka berpesta, mereka itupun langsung cabut dari rumah Umam yang megah itu. Sementara Umam harus meminta maaf atas semua kelakuannya kepada tetangga – tetangganya sendiri.
Keesokan harinya, disaat hujan turun dengan derasnya, Umam tidak bisa kemana – mana meninggalkan rumahnya. Bahkan ia tidak bisa bersekolah disaat kondisi cuaca yang buruk itu. Oleh karena itu, ia hanya termangu meratapi kesunyian dipagi hari itu.
“Sekarang gimana nasib dari Danang, adik gue itu yah? Kenapa ia malah membiarkan Raja Drakule itu berkuasa, bukan malah dirinya sendiri?” kata Umam.
“Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya sehingga ia tidak bisa menghentikan Raja Drakule itu. Pasti telah terjadi sesuatu didunia drakula sana. Namun sekarang aku tidak bisa berbuat apa – apa sebelum gue berganti raga keraga Vivi,” imbuhnya.
Tak lama setelah itu, Umam itupun ditelepon oleh Vivi yang mengatakan kalau sekarang ini Niken sedang masuk kerumah sakit. Mendengar hal ini, Umam itupun langsung keluar dari rumah dan segera menuju kerumah sakit yang dimaksud oleh Vivi tadi.
Sesampainya dia disana, ia hanya mendapati kalau Niken sudah tersungkur lemas diruang UGD. Vivi enggan buat cerita mengenai penyakit yang diderita oleh Niken itu ke Umam, karena itu merupakan pesan dari Niken. Namun setelah didesak berulang – ulang kali oleh Umam, Vivi itupun akhirnya memberitahu sesuatu mengenai penyakitnya itu ke Umam.
“Vi, aku tahu kau mencoba buat ngerahasiain penyakit yang diderita Niken saat ini, namun yang perlu kau tahu ialah aku merupakan salah satu dari teman kalian. Jadi aku harus tahu penyakit apa yang diderita Niken saat ini, sehingga ia masuk ke UGD!” Umam itupun memaksa Vivi untuk membeberkan semuanya.
“Niken itu... Niken itu memiliki kangker Jantung, Mam. Kata dokter yang menanganinya, ia hanya sanggup bertahan selama setahun ini!” jawab Vivi.
Betapa terkejutnya ia ketika Vivi membeberkan soal penyakit yang diderita Niken saat itu. Namun bagaimana lagi, itu semua merupakan kenyataan pahit yang harus dialami oleh Niken.
“Jadi kau hanya bisa hidup sampai kau mendengar jawabanku mengenai pertanyaanmu yang kau tanyakan padaku itu, Ken?” batin Umam.
“Jikalau begitu, sebaiknya aku ngomong ke dia sekarang juga. Namun aku sudah berjanji untuk mengatakan padanya setahun lagi. Kalau gue katakan padanya sekarang, pastinya ia bakal jengkel ke gua. Jadi sebaiknya gue katakan padanya setahun lagi!” imbuhnya.
“Maafkan gue, Vi. Sebenarnya gue itu suka dan cintanya sama elu, bukan sama Niken. Namun karena ini merupakan kesepakatan kami berdua, jadi aku tidak bisa berbuat apa – apa lagi, untuk menjadikan Niken sebagai pacar gue,” sambungnya.
Umam dan Vivi itupun akhirnya menunggu diluar ruang UGD dengan sabar menanti keluarnya seorang dokter yang menangani Niken didalam itu. Hingga tak lama kemudian, Nuhy itupun datang menghampiri kami berdua.
“Kalian, sedang apa kalian berdua ada disini? Oh ya, sekarang gimana kondisi Niken, he? Apa dia baik – baik saja, begitu aku mendapat kabar ini dari kalian, aku segera bergegas menuju kemari secepat mungkin,” ujar Nuhy yang ngos – ngosan itu karena panik.
“Tenanglah, Nuhy. Niken saat ini sedang dirawat oleh dokter Sutrisno. Jadi yang perlu kita lakukan hanyalah menunggu dan berdoa supaya Niken itu segera sembuh dari penyakit yang dideritanya itu!” kata Umam.
“Benar itu, sebaiknya kita doakan dia supaya dia cepat sembuh!” imbuh Vivi.
“Okelah.” Jawab Nuhy.
Dua puluh menit kemudian, dokter Sutrisno yang menangani pasien bernama Niken itu keluar juga. Perasaan was – was mendera mereka bertiga, berharap kalau dokter Sutrisno itu akan mengatakan berita yang bagus mengenai Niken.
Ketika jantung mereka bertiga hampir copot karena menunggu kejelasan dari dokter Sutrisno mengenai kondisi Niken saat ini, tiba – tiba dokter Sutrisno itu tersenyum dan mengatakan kalau Niken saat ini baik – baik saja.
“Syukurlah, akhirnya Tuhan menjawab doa kita semua!” ujar Vivi lega.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar